Sejarah Tinggi Raja (Dongeng)



Cerita Terbentuknya Tinggi Raja Versi Dongeng

Dahulu kala ada sebuah kerajaan yang berada di daerah simalungun, yang memiliki lahan yang luas dan rakyat yang makmur. Seperti kebiasaan daerah di simalungun ketika musim tanam padi atau orang simalungun sering sebut dengan istilah “martidah” (martidah artinya menanam padi di lubang yang sudah dibuat sebelumnya dengan kayu dan ini biasa dilakukan untuk penanaman benih padi darat)
Di daerah ini terdapat sebuah gunung yang bernama Tinggi Raja. Di sekitar Gunung Tinggi Raja terhampar hutan lebat dan pemandangan alam yang indah, penuh dengan tumbuhan bunga.
Menurut cerita, pada zaman dahulu kala, kawasan tempat berdirinya Gunung Tinggi Raja adalah suatu kerajaan kecil yang dipimpin oleh Raja Purba Silangit. Dari permaisuri dan selir-selirnya, Raja Purba Silangit memperoleh beberapa orang putri cantik. Salah seorang diantaranya yaitu, putri dari permaisuri, luar biasa cantik parasnya. Oleh karena itu, putri itu sangat disayangi oleh Raja Purba Silangit dan permaisurinya.

Pada suatu masa, tibalah saatnya untuk menyelenggarakan “martidah” yaitu upacara menanam padi di ladang kepunyaan Raja Purba Silangit. Raja dan permaisuri beserta selirnya, disertai oleh putri-putri mereka bersama penduduk kerajaan ikut di dalam upacara menanam padi. Akan tetapi, putri Raja Purba Silangit yang sangat cantik itu tidak diperkenankan ikut dalam upacara itu. Permaisuri dan Raja Purba Silangit khawatir putrinya yang sangat cantik itu akan kelelahan dan rusak kulitnya disengat matahari. Meskipun sang Putri meminta agar diperkenankan ikut, permintaanya itu tetap ditolak oleh Raja Purba Silangit dan permaisurinya.
Setelah semua orang pergi mengikuti upacara menanam padi, tinggallah sang Putri di istana yang bernama Rumah Bolon. Karena sangat pedih ditinggalkan semua orang, menagislah Putri tersedu-sedu. Mendengar suara tangisan Putri, datanglah Neneknya, yaitu Ibu Purba Silangit. Sang Nenek menanyakan mengapa sang Putri menangis.

“Hamba ingin sekali ikut ke ladang menghadiri upacara menanam padi, tetapi tidak diperkenankan oleh Ayah dan Ibu,” kata sang Putri.
Mendengar keterangan cucu kesayangannya itu, ibalah hati sang Nenek melihat sang Putri.
“Apakah sang Putri masih ingin pergi ke ladang melihat orang yang melakukan upacara menanam padi di sana?” tanya sang Nenek.
“Hamba ingin sekali melihat upacara itu karena selama ini hamba tidak diperbolehkan pergi kemana-mana. Di pihak lain, saudara-saudara hamba yang lain selalu bebas pergi ke mana saja mereka suka,” kata sang Putri.

Untuk memenuhi keinginan cucu kesayangannya itu, sang Nenek menyuruh sang Putri memasak air di kuali yang besar sekali. Ke dalam kuali itu harus pula dimasukkan daging. Semua yang disuruh neneknya itu dikerjakan oleh sang Putri.
Setelah air dalam kuali yang sangat besar itu mendidih dan daging yang di dalamnya menjadi lembek, disuruh neneknyalah sang Putri masuk ke air mendidih itu. Karena sang Putri yakin Neneknya itu tidak akan mencelakakan dirinya, masuklah dia ke dalam kuali yang berisi air mendidih itu.
Beberapa saat setelah sang Putri tenggelam dalam air yang mendidih itu, terjelmalah dia menjadi seekor merpati yang cantik sekali. Kemudian, merpati itu terbang menuju ladang ayahnya Raja Purba Silangit. Tak lama kemudian, tampaklah merpati itu terbang berputar-putar di atas orang ramai yang sedang melakukan upacara menanam padi di ladang itu. Sambil terus terbang berputar-putar di angkasa, burung merpati itu bernyanyi. Orang banyak jadi tercengang mendengar nyanyian merpati itu. Mereka pun teringat kepada sang Putri yang mereka tinggalkan di istana sebab suara merpati itu menyerupai suara sang Putri. Kemudian, mereka sadar bahwa mereka sudah lupa menyuruh mengantar makanan untuk sang putri dan ibu Raja Purba Silangit yang ditinggal di istana.

Raja Purba Silangit segera menyuruh seseorang agar pergi mengantar makanan istana untuk ibu dan putrinya. Dalam upacara menanam padi itu berbagi makanan sengaja dimasak untuk orang banyak yang ikut dalam upacara itu. Orang yang disuruh Raja Purba Silangit mengantar makanan itu sengaja memilih makanan yang paling enak dan dibawanya ke istana. Akan tetapi, di tengah jalan menuju istana sebagian besar makanan itu dilahapnya. Kemudian sisa-sisanya dia serahkan pada Ibu Raja Purba Silangit yang sudah lapar karena makanan lama sekali baru diantarkan untuknya.

Ketika Ibu Raja Purba Silangit mengetahui bahwa makanan yang diberikan kepadanya adalah sisa-sisa, maka perasaannya tersinggung dan dia jadi murka sekali. Oleh karena itu, pergilah dia menangkap seekor kucing. Kemudian, kepala kucing itu diikatnya dengan kain pengikat kepala yang biasa dipakai oleh perempuan kalau melakukan tarian adat. Setelah itu, dia dipanggil beberapa orang anak-anak untuk mengikuti ke balai pertemuan yang terletak dekat istana.

Setelah mereka berada di balai pertemuan itu, dia disuruh anak-anak itu memainkan gendang yang terdapat di tempat itu. Dengan iringan bunyi gendang yang dimainkan anak-anak itu, kucing yang dibawanya dia suruh menari-nari. Lalu menari-narilah kucing itu mengikuti irama gendang adat yang dimainkan anak-anak itu tak lama kemudian, awan gelap mulai menutupi lubang-lubang tanah yang terbelah itu memancar air panas. Makin lama, goncangan gempa itu semakin kuat dan bertambah banyak tanah yang terbelah dan runtuh. Air panas yang tersembur dari dalam tanah mengalir kemana-mana.

Mereka yang sedang melakukan upacara menanam padi di ladang Raja Purba Silangit menjasi ketakutan dan berlari kesana kemari untuk menyelamatkan diri. Namun, tak seorang oun dari mereka yang berhasil menyelamatkan diri. Semuanya hilang ditelan bumi. Setelah sekian jam digoncang gempa, lenyaplah kerajaan Raja Purba Silangit bersama semua pengisinya. Kemudian, sebagai gantinya terbentuklah sebuah gunugn di bekas tempat kerajaan itu. Di kemudian hari, gunug itu dinamakan orang Gunung Tinggi Raja.

Puluhan tahun kemudian setelah kejadian gempa itu, disekitar Gunung Tinggi Raja tumbuh hutan lebat. Ditengah-tengah hutan itu terdapat banyak bunga yang berwarna-warni. Bunga-bunga itu merupakan penjelmaan dari permaisuri dan para selir Raja Purba Silangit. Di kawasan itu terdapat pula tanah membukit yang bentuknya menyerupai bangunan istana yang disebut Rumah Bolon. Selain itu, terdapat pula unggukan tanah yang bentuknya menyerupai lesung besar yang pada zaman dahulu terdapat di kerajaan Raja Purba Silangit.
Cerita ini menurut orang tua yang berada di wilayah tersebut……
(mohon maaf jika banyak penulisan yg kurang sempurna…..:)  )

Related Posts:

0 Response to "Sejarah Tinggi Raja (Dongeng)"

Post a Comment